IV.3.1 Bagian-bagian Rumah
Panjang
Rumah Panjang Dayak Desa terbagi menjadi 2 bagian
utama yaitu bagian dalam ( kamar )
dan bagian luar ( teras ). Bagian luar disebut Ruai , dan bagian dalam disebut bilik. Ruai dan bilik dibagi-bagi lagi menjadi beberapa
bagian dan setiap bagiannya memiliki fungsi yang berbeda.
a) Bagian Luar
Bagian ruai
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Padong , Ruai
, dan teluk .
1.
Padong
Pada bagian padong biasanya digunakan sebagai tempat
untuk menenun bagi ibu-ibu dan juga sebagai tempat untuk bermain bagi anak-anak
. Menenun merupakan pekerjaan sampingan bagi ibu-ibu yang berada di Desa Ensaid
Panjang. Sambil menenun biasanya mereka menjaga anaknya.
Setelah pulang kerja atau
pulang dari ladang, biasanya bapak-bapak beristirahat di padong. Karena
pada padong dilengkapi dengan bangku
yang terbuat dari kayu. Setiap bilik biasanya memiliki satu bangku kayu. Bangku
tersebut dapat digunakan sebagai tempat duduk bagi tamu yang berkunjung ke Rumah
Panjang.
Binatang-binatang peliharaan
seperti anjing, kucing dan juga ayam juga biasanya berkeliaran di padong. Padong terletak paling luar dan berhubungan langsung dengan tangga
naik ke Rumah Panjang.
Gbr.IV.9 Ruang Padong
Sumber : Hasil Survey : 2008
Padong berfungsi
untuk menerima tamu yang tidak menginap. Sedangkan tamu yang menginap biasanya
langsung masuk ke dalam bilik. Padong juga digunakan sebagai tempat
melakukan upacara-upacara seperti upacara kematian, gawai ( pesta tutup tahun /
pesta sehabis panen ).
Gbr. IV.10. Aktifitas di Ruang Padong
Sumber : Ekspedisi
Arsitektur, UNPAR, 2006
Hasil Survey
2008
1.
Ruai
Antara ruang padong dengan ruai hampir sama, baik dilihat dari bentuknya maupun fungsinya. Padong dengan ruai hanya dipisahkan dengan barisan-barisan taing dan juga oleh balok
memanjang yang lebih tinggi dari muka lantai. Oleh masyarakat yang tinggal di Rumah
Panjang balok tersebut difungsikan sebagai tempat duduk.
Di ruai biasanya dipakai sebagai tempat untuk mengolah padi sebelum
ditumbuk. Alat tersebut biasanya di sebut
kisar , kisar berfungsi untuk mengupas kulit padi sebelum ditumbuk.
Bapak-bapak biasanya
menggunakan ruai sebagai tempat
membuat parang, dan peralatan kerja lainya seperti alat untuk menyadap karet,
peralatan untuk mencari ikan dan lain-lain. Para remaja dan bapak-bapak
biasanya memotong kayu bakar di ruai.
Selain fungsi-fungsi di
atas, padong dan ruai juga berfungsi sebagai jalur sirkulasi di dalam Rumah Panjang.
Lantai padong dan ruai biasanya terbuat dari kayu-kayu bulat seperti kayu jengger
dengan ukuran 2-4 cm . Selain itu lantai Padong
dan Ruai bisa terbuat dari kulit
batang pinang atau batang bambu yang berukuran besar.
Lantai ruai , baik lantai atas maupun lantai bawah tidak dipaku. Kayu-kayu
lantai diikat menjadi satu dengan gelegar dengan menggunakan rotan.
Ikatan-ikatan tersebut membentuk pola-pola yang teratur sehingga menhasilkan
suatu nilai seni yang khas.
Ruai juga berfungsi
sebagai tempat melakukan upacara-upacara seperti gawai, upacara kematian, dan
lain-lain.
1. Teluk
Teluk berfungsi sebagai jalur sirkulasi yang menghubungkan
antara ruai dengan bilik. Teluk dibuat lebih rendah dari ruai dan juga bilik. Pada bagian tersebut biasanya digunakan sebagai tempat untuk
menumbuk padi.
Apabila di teluk ada yang menumbuk padi, maka
sirkulasi dialihkan ke padong maupun ruai. Teluk biasanya terbuat dari
papan. Papan-papan tersebut tidak dipaku sehingga apabila kita berjalan di teluk akan menimbulkan bunyi yang cukup
keras.
Lebar teluk antara 90-100
cm. Perbedaan tinggi lantai teluk dengan lantai ruai dan bilik antara
40-50 cm.
a) Bagian dalam
Bagian dalam ( bilik ) dibagi menjadi 3 bagian , yaitu
: bilik baruh, serambik,
dan peningkak.
1. Bilik
Bilik baruh berfungsi
sebagai tempat untuk menerima tamu yang menginap dan sebagai tempat tidur bagi
tamu. Pada zaman dulu, di dalam bilik baruh
terdapat dapur. Dapur terletak dekat dengan pintu masuk. Semua tamu yang datang akan langsung ditawari
makan bersama-sama dengan penghuni bilik
tersebut. Namun karena perkembangan pemikiran dari penghuni Rumah Panjang maka
dapur dipindahkan ke bagian belakang bilik.
1.
Serambik
Serambik berfungsi
sebagai tempat untuk tidur bagi penghuni Rumah Panjang. Pada zaman dulu antara bilik baruh dengan serambik atau yang biasa disebut
serambi. Rumah Panjang zaman dulu hanya merupakan satu ruangan yang sangat
besar. Serambik juga berfungsi
sebagai tempat untuk menyimpan peralatan
menenun apabila sudah tidak digunakan lagi.
1. Peningkak
Peningkak berfungsi
sebagai tempat untuk memasak sekaligus sebagai ruang makan dan juga sebagai
tempat tidur bagi penghuni Rumah Panjang apabila banyak tamu. Pada zaman dulu
dapur diletakkan di ruang tamu ( bilik baruh ) yaitu di samping pintu masuk.
Setiap tamu yang datang akan diajak makan bersama. Bagi orang Dayak tamu adalah
raja. Seringkali tamu terlalu dihormati, apalagi kalau tamu tersebut datang dari jauh atau berasal dari kalangan
berpendidikan.
Peningkak biasanya
disebut teluk karena lantainya dibuat lebih rendah. Perbedaan tinggi ruangan
digunakan untuk membedakan ruang. Lantai pada teluk biasanya terbuat dari kayu-kayu bulat berukuran kecil
dengan diameter antara 1-5 cm. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu jengger, atau diganti dengan batang
pinang, bambu, dll.
1.
Sadau
Rumah Panjang Dayak Desa
memiliki loteng yang berfungsi sebagai gudang dan berfungsi sebagai plafon.
Masyarakat Dayak Desa menyebutnya sadau. Sadau dibagi menjadi 3 yaitu sadau bilik dan sadau Ruai dan Sadau Punguk
Biasanya masyarakat
memanfaatkan sadau sebagai tempat
untuk menyimpan hasil panen dan juga peralatan berladang yang jarana
digunakan sadau dibuat dari kayu bulat,
baik lantai maupun balok-baloknya. Tinggi sadau
bilik antara 3-4 meter, sedangkan sadau
ruai lebih rendah yaitu antara 2,5-3 meter. Tangga untuk naik ke sadau langsung menempel di dinding atau
kolom Rumah Panjang. Jarak antara sadau
dengan atap antara 1-2 meter.
IV. 4. Bahan Bangunan dan Teknik Konstruksi
Rumah Panjang Dayak Desa di
buat dengan konstrusi yang sederhana dengan cara menyusun tiang dan balok.
Penyatuan semua bagian bangunan dilakukan dengan cara membentuk dan menyambung
bagian kayu dengan beberapa alat khusus sederhana seperti kampak, gergaji,
pahat, golok ( parang ). Penyusunan tiang dan balok pada umumnya tidak
menggunakan paku, tapi menggunakan sambungan lubang dengan pasak atau diikat
menggunakan tali rotan.
Sambungan pada konstruksi
yang tidak menopang beban bangunan menggunakan tali rotan. Tali rotan tersebut
berfungsi untuk menjaga agar balok tersebut tidak bergeser atau jatuh.
Bahan-bahan yang digunakan
adalah bahan-bahan yang biasanya terdapat di alam diantaranya adalah kayu,
kulit kayu, batang pinang, ataupun bambu yang di belah. Setiap.
a) Tiang / pondasi
Tiang Rumah Panjang biasanya
terbuat dari kayu yang cukup kuat seperti kayu kelas 1, diantaranya kayu belian
( ulin ), kayu meranti. Tinggi tiang biasanya antara 2-5 meter. Antara tiang
yang satu dengan yang lainnya dihubungkan dengan gelegar. Gelegar-gelegar
tersebut berupa kayu bulat dengan diameter 10-15 cm. Sambungan antara gelegar
dengan tiang di ikat dengan tali rotan atau dengan pasak. Jarak tiang yang satu dengan tiang yang lainnya antara
1,5-2 meter.
a) Tangga
Pada zaman dulu Rumah
Panjang hanya memiliki 2 buah tangga yang terbuat dari kayu bulat yang dibuat
bergerigi yang berfungsi sebagai anak tangga. Pada saat sekarang ini Rumah
Panjang memiliki lebih dari 2 buah tangga. Hal tersebut dibuat untuk
memperpendek jarak sirkulasi. Namun ada dua tangga utama yang terletak di kedua
ujung Rumah Panjang. Kedua tangga tersebut memiliki bentuk yang berbeda.
Tangga di ujung sebelah
kanan Rumah Panjang dibuat berjenis kelamin laki-laki. Apabila ada tamu penting
maka di harus naik dari tangga tersebut. Sedangkan tangga di sebelah kiri Rumah
Panjang ( pada bagian tampak samping
kanan ) dibuat berjenis kelamin perempuan. Pada setiap tangga naik ke Rumah
Panjang terdapat tempat untuk berpegangan yang dibuat dari kayu bulat sebesar
pergelangan tangan ( diameter 3-5 m ) dan dibuat di kedua sisi tangga.
Masyarakat Dayak Desa
percaya bahwa tangga tersebut memiliki roh. Biasanya untuk melakukan
penghormatan pada tangga dilakukan upacara yaitu dengan menyembelih ayam dan
darahnya dioleskan pada tangga tersebut. Tangga dipercaya dapat menolak
malapetaka ( sebagai tolak bala ) .
Setiap rombongan yang datang
ke Rumah Panjang harus naik dari salah satu tangga yaitu tangga yang berjenis
kelamin laki-laki. Apabila dalam suatu rombongan yang naik dari arah yang
berlawanan maka rombongan tersebut telah melakukan pelanggaran yang disebut
sabung api dan pelanggaran tersebut harus dikenai sanksi. Jika tidak, maka
penghuni Rumah Panjang akan mendapat musibah. Bagi yang naik ke Rumah Panjang ,
baik penghuni maupun tamu, tidak boleh membawa barang-barang seperti pucuk
rebung yang belum dibersihkan, bibit pisang dan bibit nenas. Apabila hal
tersebut dilanggar, maka yang bersangkutan harus dikenakan sanksi.
a) Lantai
Lantai ruai dan dapur biasanya terbuat dari kayu bulat berdiameter antara
2-4 cm. Lantai bilik dan teluk terbuat dari papan. Papan-papan
tersebut tidak diikat. Jarak antar gelegar antara 30-50 cm. Untuk lantai yang
terbuat dari kayu bulat diikat dengan tali rotan.
d ) Dinding
·
Dinding
Ruai
Dinding ruai terbuat dari kayu bulat, ukuranya sama dengan kayu untuk
lantai. Dinding ruai dibuat miring
dan digunakan sebagai tempat bersandar , aebagai tempat untuk menggantung
segala jenis peralatan seperti peralatan untuk mencari ikan ( bubu, tombak dll
) maupun peralatan kerja lainnya. Antara kayu yang satu dengan lainnya diikat
dengan rotan dan diapit dengan kayu.
·
Dinding
Bilik
Dinding bilik terbuat dari kulit-kulit kayu.
Kulit kayu tersebut diapit dengan kayu dan diikat dengan tali rotan. Apabila
kulit kayu tersebut sudah kering maka serat-serat kulit kayu tersebut memiliki
rongga-rongga yang dapat menjadi jalur keluar masuk udara.
·
Kuda-kuda
Kuda-kuda terbuat
dari kayu bulat berdiameter 5-7 cm. Kayu-kayu tersebut merupakan kayu kelas 2
dan kayu kelas 3. Namun kayu tersebut dapat bertahan lama karena suhu kayu tersebut
selalu panas karena ruangan bawahnya selalu digunakan untuk memasak.
·
Atap
Pada zaman dulu
ketika orang Dayak belum pandai mengolah kayu, atapnya dibuat dari daun-daunan
antara lain daun sagu. Pada
saat sekarang atap terbuat dari lembaran-lembaran kayu.
Gbr.IV.33 Detil Bukaan
Sumber : Ekspedisi
Arjau,UNPAR,2006
Hasil Survey 2008
·
Bangunan pendukung
IV.5 Upacara Pendirian Bangunan
Rumah Panjang merupakan sebuah hunian yang memiliki
arti lebih dari sekedar bentuknya. Bagi masyarakat Dayak Desa, Rumah Panjang tidak saja sekadar ungkapan legendaris
kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan secara utuh dan konkret
tentang pamong desa, organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan, sehingga
tak pelak menjadi titik sentra dinamika kehidupan warganya.
Membangun Rumah Panjang tidak begitu saja, tetapi
dibangun melalui rentetan upacara adat dan dengan memperhatikan berbagai
pantangan yang harus dijalani oleh para pekerja, mulai dari mempersiapkan bahan
perumahan sampai pada selesainya bangunan Rumah Panjang dan diresmikan
pemakaiannya.
IV.5.1 Pemilihan Lahan
Menurut tradisi Dayak Desa yang ada di Ensaid
Panjang , dalam membangun Panjang baru tidak sama dengan mendirikan Rumah
tinggal biasa. Dalam memilih lahan misalnya, jika kita ingin mendirikan Rumah
Panjang yang pertama harus dilakukan adalah memilih lahan yang akan dibangun.
Namun dalam memilih lahan tidaklah sembarang karena kondisi lahan akan
mempengaruhi kesejahteraan penghuni Rumah Panjang nantinya.
Sebelum menentukan lahan maka harus didahului dengan upacara-upacara
dan disertai dengan pantang dan puasa. Para tetua-tetua masyarakat berkumpul
untuk melakukan musyawarah.
Lahan yang biasanya dipilih untuk lokasi Rumah
Panjang adalah sebagai berikut :
1. Terletak di tepi sungai.
2. Lahan tidak terletak di antara 2 buah
muara sungai
3. Lahan di sekitar tempat tersebut harus
subur
4. Bukan merupakan bekas kuburan
Masyarakat Dayak Desa mempunyai kepercayaan
terhadap penguasa alam semesta. Misalnya penguasa alam air mereka sebut Raja Juata, penguasa alam daratan
mereka sebut Puyang Gana. Oleh sebab
itu , setiap kali ingin melakukan suatu kegiatan selalu dimulai dengan upacara.
Begitu juga dalam memilih lahan, harus dilakukan
upacara terlebih dulu. Dalam kepercayaan masyarakat Dayak Desa mereka percaya
bahwa para penguasa alam semesta ( Tuhan
) memberikan petunjuk-petunjuk-Nya melalui hewan-hewan tertentu misalnya burung
, kijang dan lain-lain. Hewan-hewan tersebut dijadikan perantara Tuhan atau
penguasa alam semesta untuk memberi tanda kepada manusia.
IV.5.2 Persiapan Pambangunan
Apabila segala pantang , puasa dan upacara-upacara
sudah dilakukan dan tidak ada petunjuk-petunjuk dari penguasa dan alam bahwa
jika daerah itu dibangun akan timbul malapetaka, maka pembangunan bisa
dilanjutkan.
Dalam mendirikan Rumah Panjang persiapan yang
harus dilakukan hampir sama dengan persiapan jika kita ingin membangun rumah
tinggal biasa. Yang pertama harus dilakukan adalah menyiapkan bahan bangunan
yang disebut dengan meramu. Dalam
mencari bahan bangunan masing-masing oleh setiap kepala keluarga. Setelah bahan
bangunan ( ramu ) sudah disiapkan
semua barulah pembangunan Rumah Panjang dapat dilakukan.
IV.5.3 Pembangunan Rumah
Panjang
Setelah dilakukan musyawarah dan dipilih hari yang
paling baik maka pembangunan Rumah Panjang segera dilakukan. Setiap keluarga (
satu bilik ) mempersiapkan satu tiang untuk penancapan tiang pertama. Tiang
tersebut dinamaka tiang mun . Tiang
tersebut harus terbuat dari kayu yang masih hidup .
Setelah semua bahan tersedia kemudian dilakukan upacara pemilihan siapa
yang akan menjadi pon, nekop, dan nga-pit.
Pon ( pohon ), nekop ( menutup ) ,
dan nga-pit ( mengapit ).
”sebelum menancapkan tiang
pertama para tetua membawa orang banyak berkumpul untuk bermusyawarah memilih
tiga calon. Ketiga calon tersebut adalah
nge-pon, nga-pit dan nekop. Dalam
bahasa Dayak Desa, pon berarti pohon.
Sebagai pohon dia merupakan tiang utama bagi warga Panjang. Sedangkan nga-pit
dan nekop berarti mengapit dan menelungkup. Nantinya berpengaruh terhadap
penempatan bilik ( lawang ) dan juga arah bukaan pintunya.”
Pon Rumah memiliki wewenang berkaitan segala urusan
yang ada di Rumah Panjang, seperti pelanggaran pantang saat naik ke Rumah
Panjang, kepindahan orang dari Rumah Panjang dan sebagainya yang berkaitan
dengan Rumah Panjang.
Proses pemilihan pon, nga-pit, dan nekop biasanya dilakukan dengan cara tenung ( mengundi ) menggunakan
sebutir telur ayam. Pada telur tersebut diberi tiga warna yaitu putih, kuning
dan hitam. Kemudian telur tersebut dipanaskan di atas pelita. Setelah panas
maka isi telur tersebut akan keluar. Apabila tetesan air telur tersebut
mengenai warna putih maka dia diangkat menjadi pon, dan kuning dan hitam menjadi pendamping yaitu nga-pit
dan nekop. Setelah pon, ngapit, dan nekop terpilih maka dilakukan penancapan tiang pertama yang
diawali dengan upacara. Upacara tersebut dimaksudkan untuk membeli tanah dengan
penguasa alam bumi ( Puyang Gana ). Dalam upacara tersebut digunakan
benda-benda seperti keong untuk melambangkan tempayan, logam, beras kuning (
beras yang diberi kunyit ) untuk melambangkan emas, irisan kunyit dan
lain-lain.
Jika upacara sudah dilakukan maka dilanjutkan
dengan penancapan tiang mun. Tiang mun berfungsi untuk mengetahui jumlah
bilik yang akn dibangun dan penanda batas atara bilik yang satu dengan bilik
yang lainnya.tiang tersebut berasal dari tumbuhan yang masih hidup diikat
dengan kain kuning di atasnya dan ditancapkan bulu landak. Setiap bilik yang
akan dibangun memiliki satu tiang mun.
Setelah penancapan Tiang mun / pemun milik pun rumah maka dilanjutkan dengan
penancapan tiang pemun milik ngapit. Penancapan tiang pemun ngapit dilakukan pada hari pertama
dan penancapan tiang pemun milik nekop dilakukan pada hari kedua.
Dalam mendirikan Rumah Panjang dilakukan dengan
cara gotong-royong dalam bahasa Dayak Desa dikenal dengan istilah beduruk . dalam gotong-royong tersebut
biasanya mengundang masyarakat dari Desa tetangga dan disertai dengan
pesta-pesta. Dalam membagun Rumah Panjang didahului dengan membangun bilik
milik mun. Setelah bilik milik mun sudah selesai barulah membangun
bilik-bilik disebelahnya.
Bahan-bahan yang digunakan biasanya adalah bahan-bahan
yang mudah didapatkan dan terletak disekitar
pemukiman penduduk. Bahan-bahan yang digunakan seperti kayu, kulit kayu,
pinang, bambu dan rotan. Menurut kepercayaan Dayak Desa kayu yang sudah
disambar petir sangat baik untuk dijadikan bahan bangunan karena makhluk halus
yang tinggal di kayu tersebut sudah mati disambar petir.
IV.5.4 Pindah ke Rumah
Panjang
Setelah pembangunan Rumah Panjang selesai maka Rumah
Panjang tersebut harus langsung ditempati. Setelah semua bilik selesai dibangun
maka dilakukan pesta untuk merayakan kepindahan ke Rumah Panjang dan sebagai
bentuk ucapan syukur kepada penguasa.
Masyarakat Dayak Desa membuat Rumah Panjang baru
apabila di Rumah Panjang yang lama masyarakatnya sering mendapat musibah
seperti kematian-kematian yang tidak wajar, atau apabila ada dari anggota
masyarakat yang mendapat petunjuk bahwa
anggota Rumah Panjang harus pindah.
Yang berhak memutuskan harus pindah atau tidak
adalah pon dan bersama-sama dengan
seluruh tetua-tetua yang ada di Rumah Panjang tersebut.
IV.5.5 Ukuran-Ukuran
Bagian-bagian Rumah Panjang yang memiliki ukuran khusus:
1. Bilik
Ukuran-ukuran yang digunakan dalam pembuatan Rumah
Panjang adalah ukuran-ukuran yang berdasarkan ukuran tubuh manusia. Untuk
ukuran panjang digunakan ukuran-ukuran seperti :
- Depa
genggam
- Seta
- Jengkal
Depa
genggam adalah ukuran
dengan menggunakan kedua tangan yang direntangkan dan posisi telapak tangan
dalam posisi digenggamkan. Jika posisi telapak tangan dibuka maka disebut depa lepas. Apabila dalam mengukur sesuatu
dengan menggunakan depa lepas, maka
rezeki nantinya akan selalu lepas. Artinya rezeki yang seharusnya kita miliki
bisa-bisa didapat oleh orang lain. Setiap bagian dari Rumah Panjang diukur
dengan menggunakan depa genggam. hal ini dimaksudkan agar para penghuni Rumah
Panjang selalu mendapatkan rezeki.
Dalam
menentukan lebar bilik disesuaikan dengan kemampuan dari penghuni bilik dan
ukurannya menggunakan ukuran tubuh dari kepala keluarga penghuni bilik
tersebut. Ukuran tubuh manusia yang relatif berbeda menghasilkan suatu ukuran
yang berbeda pula.
Beberapa ukuran bilik yang ada di Rumah Panjang :
·
Dua
depa setengah
·
Tiga
depa
Untuk ukuran benda yang lebih kecil biasanya
digunakan satuan seta atau jengkal. Setiap ukuran atau jumlah
benda yang ada di Rumah Panjang harus selalu ganjil. Untuk hitungan jumlah
benda yang ada di Rumah Panjang memiliki hitungan-hitungan khusus yang
didasarkan pada kepercayaan masyarakat Dayak Desa.
2. Tangga
Setiap jumlah benda memiliki penamaan sendiri
misalnya untuk hitungan anak tangga digunakan hitungan yang selalu berulang
antara tangga dan tunggu. Anak tangga yang paling bawah dinamakan tangga. Anak tangga yang kedua
dinamakan tunggu. Anak tangga yang
ketiga dinamakan tangga. Hitungan
tersebut selalu berulang sampai anak tangga terakhir atau anak tangga yang
paling atas. Anak tangga yang paling atas harus merupakan anak tangga dengan
sebutan tangga.
Jika anak tangga yang paling atas adalah anak
tangga tunggu, maka orang
( keluarga, tamu ) yang berencana
datang ke Rumah Panjang tersebut akan selalu menunda rencananya untuk
datang ke Rumah Panjang tersebut.
Jumlah anak tangga juga dipercaya akan
mempengaruhi perilaku penghuni Rumah Panjang. Jumlah anak tangga yang ganjil
akan membuat penghuni Rumah Panjang menjadi rajin bekerja. Jumlah anak tangga
yang genap akan membuat para penghuni menjadi malas bekerja. Mereka selalu
menunda-nunda rencananya untuk bekerja.
4. Galang
Untuk jumlah balok galang ( balok bawah lantai )
untuk tiap-tiap bilik harus selalu ganjil. Hitungannya adalah untuk balok
ganjil dinamaka galang
dan balok genap disebut galik.
Hitungannya dimulai dari galang, kemudian balok kedua dinamakan galik dan
begitu seterusnya sampai balok terakhir. Balok terakhir harus merupakan balok
dengan penyebutan galang. Hal ini berpengaruh terhadap kekuatan balok tersebut
dalam menopang beban lantai. Jika balok terakhir galang maka konstuksi akan
kuat menopang beban yang berat, tetapi jika htungan terakhir galik maka
konstruksi tidak akan kuat menahan beban. Hal ini akan menyebabkan lantai yang
runtuh.
5. Kasau
Untuk hitungan balok kasau memiliki perbedaan
sendiri. Dalam menghitung jumlah balok kasau menggunakan 4 sebutan balok yaitu
:
1. Kasau
2. Jengkau
3. Bara
4. Api
Balok pertama dinamakan kasau, balok kedua
dinamakan jengkau, balok ketiga
dinamakan bara, balok keempat
dinamakan api, balok kelima mengulang
lagi dari hitungan pertama. Jika balok terakhir merupakan balok api, maka Rumah
Panjang tersebut pasti akan terbakar. Jumlah balok yang paling baik adalah jika
balok terakhir kembali ke hitungan awal lagi yaitu balok kasau.
IV.6 Aktivitas Penghuni
Aktivitas penghuni di Rumah Panjang dapat dikelompokkan berdasarkan usia
dan jenis kelaminnya.
- Laki-laki dewasa
·
Bujangan
·
Sudah
berkeluarga
- Wanita Dewasa
·
Memiliki
anak kecil ( anak dibawah lima tahun ( Balita ).
·
Tidak
memiliki anak kecil
- Anak-anak
·
Balita
( masih diasuh oleh ibunya )
·
Anak-anak
usia 6 – 12 tahun ( usia Sekolah Dasar )
- Remaja ( usia 13 – 15 tahun ).
- Lanjut Usia
·
Laki
–laki
·
Perempuan
1. Laki-laki ( dewasa ).
Laki-laki dewasa baik sudah
punya istri maupun masih bujangan memiliki pola aktivitas yang hampir sama.
Perbedaan yang mencolok adalah tempat tidur pada malam hari. Laki-laki yang
masih bujangan tidur di ruang tamu (
Bilik Baruh), sedangkan laki-laki yang sudah menikah tidur di ruang Serambik.
2. Wanita ( dewasa ).
Ibu-ibu yang memiliki anak kecil tidak pergi
menyadap karet. Apabila pergi ke ladang, maka anaknya dibawanya ke ladang.
Aktivitasnya mengikuti aktivitas anaknya. Sambil menjaga anaknya biasanya
mereka melakukan aktivitas seperti menenun, menumbuk padi, menganyam tikar
dll.Apabila anaknya sudah agak besar maka anaknya akan dititipkan ke kakek atau
neneknya ( apabila ada ).
Untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi seperti Sekolah Menengah Atas ( SMA ) dan
perguruan tinggi harus pergi ke kota kabupaten. Jaraknya desa Ensaid Panjang ke
Kabupaten Sintang + 50 km.
Sedangkan jarak dari kota provinsi sebesar :
487 kam.
6. Lanjut Usia
Penghuni yang sudah lanjut
usia biasanya bertugas untuk menjaga cucu-cucunya. Aktivitasnya mengikuti
aktivitas cucunya ( anak-anak usia 4-7 tahun ). Sambil menjaga cucu-cucunya
mereka biasanya melakukan aktivitas lain seperti menenun ( wanita ), menganyam
tikar. Penghuni lanjut usia yang laki-laki sambil menjaga cucu biasanya juga
melakukan aktivitas seperti menempa parang, menganyam peralatan pertanian dll.
Sebagai komunikasi
antara Sang Pencipta dan anak manusia
ditunjuklah beberapa jenis burung sebagai makhluk yang menyampaikan rumus
kehidupan dan pedoman pekerjaan kepada anak manusia, burung-burung tersebut
adalah : ( 1 ) Burung Tua yaitu Burung Bejambung ( 2 )Burung Tua Kedua yaitu
Burung Ketupung ( 3 ) Burung Tengah yaitu Burung Papau ( 4 ) Burung Muda yaitu
Burung Beragah ( 5 ) Burung Perantau yaitu Burung Remuas ( 6 ) Burung Gembira
yaitu Burung Gurak ( 7 ) Burung Senang Pembawa Rezeki yaitu Burung Pangkas
Seperti yang diungkapkan oleh R. Sembay dari Kepala
Dusun Desa Ensaid Panjang mengenai prinsip-prinsip dalam mendirikan Rumah
panjang :
POLA AKTIFITAS PENGHUNI RUMAH PANJANG